Si Kecil Alami Emotional Eating? Begini Cara Mengatasinya
Emotional eating atau kerap melampiaskan perasaan pada makanan, merupakan salah satu gangguan makan yang cukup mengkhawatirkan. Selain ancaman makan dalam porsi berlebih, kebanyakan penderita emotional eating pun kerap memilih makanan kurang sehat sebagai pelampiasan.
Smart Mom, jika saat ini Si Kecil mengalami emotional eating, jangan dibiarkan. Mendingan kita atasi yuk dengan cara berikut ini.
Cari Tahu Penyebabnya
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal The American Journal of Clinical Nutrition, menyebut jika emotional eating yang dialami anak-anak merupakan warisan dari kebiasaan orangtua yang sering melampiaskan kekesalan pada makanan.
Makanya penting untuk mengevaluasi diri dulu terkait kebiasaan Smart Mom, apakah selama ini menerapkan emotional eating atau tidak.
Jika memang di rumah dan keluarga tidak ada pengidap gangguan emotional eating, Smart Mom bisa melihat penyebab lainnya. Mungkin Si Kecil takut mengungkapkan (karena pola asuh yang terlalu keras atau sering diabaikan) apa yang dirasakannya hingga lari pada makanan.
Buka Komunikasi
Setelah diketahui penyebabnya, buka komunikasi dengan cara mengajak Si Kecil bicara saat dia terlihat murung. Tanya apa penyebabnya, dan minta dia untuk menceritakan masalahnya.
Dengan cara ini, Smart Mom sudah mampu membuka komunikasi. Setelah bercerita, biasanya Si Kecil akan merasa lebih tenang dan mampu mengontrol emosinya. Jika sudah masuk dalam fase ini, Smart Mom bisa dikatakan sudah berhasil menurunkan kebiasaan emotional eating anak.
Jika Anak Masih Terus Melakukannya
Dalam bukunya yang berjudul The Self-Aware Parent, Dr Fran Walfish, menjelaskan jika emotional eating bukan berarti Si Kecil enggan menyelesaikan masalahnya, tapi mereka butuh dukungan. Makanya, jangan memarahi atau bertindak kasar saat anak mengalami emotional eating.
Jika komunikasi terbuka tidak mampu menghentikan kebiasaan ini, maka Smart Mom harus menyiapkan makanan sehat agar Si Kecil bisa memakannya saat emotional eating-nya kambuh. Bukan berarti mendukung, cara ini dilakukan agar Si Kecil bisa lepas dari kebiasaan ini secara perlahan.
Sambil berdiskusi, terus beri arahan sedikit demi sedikit. Misalnya, “Nak, kalau lagi banyak masalah mendingan cerita ke Mama, biar kita selesaikan bersama”. Dukungan seperti ini setidaknya akan membuat mereka lebih kuat dan lebih percaya diri saat menghadapi persoalan.