Bagikan

Benarkah Menangis Saat Hamil, Bayi di Kandungan Pun Akan Menangis?

Diupload pada 7 August 2018, 03:27 AM Smart Life
Benarkah Menangis Saat Hamil, Bayi di Kandungan Pun Akan Menangis?

Selama masa kehamilan, perubahan hormon terjadi sangat cepat. Kondisi ini tidak hanya membuat Smart Mom mudah merasa lelah, tapi juga akan berdampak pada kondisi psikis. Misalnya, Smart Mom jadi mudah tersinggung, cepat marah, perasaan berubah-rubah dan lainnya.

Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, risiko stres selama masa kehamilan akan semakin tinggi. Bahkan konon katanya, saat Smart Mom menangis atau merasa bersedih, maka janin dalam kandungan pun akan ikut menangis. Benarkah mitos tersebut?

Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkap tentang suasana hati janin dalam kandungan. Dengan kata lain, janin yang akan ikut bersedih atau bahkan menangis saat Smart Mom menangis, masih berupa mitos yang belum dibuktikan kebenarannya.

Meskipun begitu, selama ini penelitian lebih banyak mengungkap terkait dampak dari stres dan suasana hati buruk selama masa kehamilan, terhadap bayi yang dilahirkan.

Salah satunya penelitian yang dilakukan University of California, San Francisco, Amerika, yang mengatakan jika Ibu hamil yang menderita stres berkepanjangan selama hamil, akan mungkin melahirkan anak dengan gangguan perilaku.

Mereka cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, lebih reaktif hingga mudah menangis, mudah putus asa, dan meningkatkan risiko depresi saat mereka dewasa nanti.

Sementara Ibu hamil yang mampu mengelola emosinya lebih baik, akan cenderung memiliki anak yang periang dan kuat secara mental. Mereka pun lebih percaya diri, memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, dan lebih sukses dalam materi pelajaran.

Hal yang sama diungkap oleh penelitian yang dilakukan di University of Zurich, Jerman, yang  menemukan, saat Smart Mom stres dan suasana hati memburuk, tubuh akan melepaskan hormon Corticotropin-releasing hormone (CRH) yang bisa memicu peningkatan hormon kortisol.

Hormon ini bisa masuk melalui plasenta dan bercampur dengan cairan ketuban. Makin tinggi kadar hormon CRH dalam ketuban, maka pertumbuhan organ janin tidak akan berjalan maksimal, dan berisiko menyebabkan bayi lahir prematur.


Kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda pada situs web kami, mempersonalisasi konten dan iklan, serta untuk menganalisis lalu lintas kami. Kami juga membagikan informasi tentang penggunaan Anda atas situs web kami dengan mitra periklanan dan analitik kami, yang dapat menggabungkannya dengan informasi lain yang telah Anda berikan kepada mereka atau yang telah mereka kumpulkan dari penggunaan Anda atas layanan mereka. Anda dapat menonaktifkan ini dengan mengubah pengaturan browser Anda, tetapi ini dapat memengaruhi fungsi situs web.

Dengan menggunakan situs web kami dan mengklik Accept, Anda menyetujui penggunaan cookies dan informasi pribadi sebagaimana diatur dalam Kebijakan Cookie kami.

Tolak Cookies Terima Cookies