Bagikan

Orangtua Positif HIV/AIDS, Anaknya Pasti HIV/AIDS. Benarkah?

Diupload pada 1 February 2019, 04:16 AM Smart Life
Orangtua Positif HIV/AIDS, Anaknya Pasti HIV/AIDS. Benarkah?

HIV/AIDS dianggap sebagai penyakit yang akan diderita hingga akhir hayat. Tidak hanya itu, dalam kepercayaan masyarakat, anak yang lahir dari orangtua positif HIV/AIDS, akan mewarisi penyakit tersebut, dan begitu seterusnya hingga riwayat keluarga si pengidap HIV/AIDS ini punah.

Benarkah orangtua positif HIV/AIDS akan melahirkan anak dengan HIV/AIDS?

Menurut dr. Med. Firman Santoso, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RSIA Brawijaya, anggapan tersebut sama sekali tidak benar.

Pasalnya, orangtua yang positif mengidap HIV/AIDS bisa melakukan terapi dengan cara mengonsumsi antiretroviral untuk meminimalisir transmisi infeksi virus yang diderita kepada janin yang ada dalam kandungan. Antiretroviral ini bisa dikonsumsi saat kehamilan menginjak usia 14 Minggu.

Antiretroviral sendiri merupakan golongan obat yang bersifat antivirus dan kerap digunakan untuk mengobati pasien HIV/AIDS.  dr. Firman menjelaskan jika pemberian obat ini pun harus dilanjutkan saat akan menjalani persalinan. Obat ini akan diberikan lewat infus selama menjalani persalinan. Langkah selanjutnya, obat langsung kepada anak saat usianya mencapai 6 Minggu pasca persalinan.

Untuk memastikan agar anak tidak menderita HIV/AIDS, pengecekan harus terus dilakukan, salah satunya akan dilakukan tes HIV pada anak saat usianya menginjak 1 tahun, dan sebaiknya diulang hingga beberapa kali untuk memastikan anak benar-benar bebas dari HIV/AIDS turunan.

Terkait kemungkinan Si Kecil benar-benar bebas dari HIV/AIDS setelah melakukan terapi antiretroveral, dr. Firman menjelaskan jika kemungkinan berhasilnya sangat tinggi. Pasalnya, pemberian antivirus tersebut mampu mengurangi jumlah virus HIV dalam darah hingga 1000 copies per milimeter.

Penelitian pun menunjukan hal yang sama. Untuk kelompok yang tidak diberikan antiretroviral, risiko penularan virus HIV mencapai 67 persen, sedangkan untuk kelompok yang mendapatkan antiretroviral, risikonya penularan virus HIV hanya sekitar 8,3 persen saja.

Terkait metode melahirkan, dr. Firman menjelaskan jika ibu hamil dengan HIV/AIDS sebenarnya masih bisa melahirkan dalam kondisi normal, dengan catatan  syarat air ketuban tidak boleh pecah sampai minimal pembukaan ke-10.

Selain itu, ibu dengan HIV/AIDS pun disarankan tidak memberikan ASI kepada anaknya, dan mencarikan ibu susu bagi Si Kecil.


Kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda pada situs web kami, mempersonalisasi konten dan iklan, serta untuk menganalisis lalu lintas kami. Kami juga membagikan informasi tentang penggunaan Anda atas situs web kami dengan mitra periklanan dan analitik kami, yang dapat menggabungkannya dengan informasi lain yang telah Anda berikan kepada mereka atau yang telah mereka kumpulkan dari penggunaan Anda atas layanan mereka. Anda dapat menonaktifkan ini dengan mengubah pengaturan browser Anda, tetapi ini dapat memengaruhi fungsi situs web.

Dengan menggunakan situs web kami dan mengklik Accept, Anda menyetujui penggunaan cookies dan informasi pribadi sebagaimana diatur dalam Kebijakan Cookie kami.

Tolak Cookies Terima Cookies