Bagikan

Anak Laki-laki Tidak Boleh Jadi Penakut, Benarkah?

Diupload pada 24 May 2018, 03:12 AM Smart Parenting
Anak Laki-laki Tidak Boleh Jadi Penakut, Benarkah?

“Masa anak laki-laki penakut?”. Pernah mendengar ungkapan itu Smart Mom? Yup, ungkapan yang seolah-olah menggiring anak laki-laki untuk tidak takut dengan hal apapun. Kondisinya hampir sama dengan anak laki-laki yang tidak boleh menangis atau cengeng.

Apakah benar anak laki-laki tidak boleh jadi penakut?

Terkait rasa takut, psikolog anak dari Tiga Generasi, Fathya Artha Utami, menjelaskan jika anak laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama, mereka harus diberi ruang untuk mengekspresikan emosinya secara tepat, termasuk rasa takut, marah, sedih, kecewa, senang dan lainnya.

Saat Smart Mom membebankan anak dengan kalimat “anak laki-laki jangan jadi penakut”, secara tidak langsung mereka akan terbebani dengan stigma tersebut. Dalam jangka panjang, stigma tersebut akan memunculkan kebingungan dengan emosinya sendiri.

Lebih lanjut lagi, Fathya menjelaskan jika rasa takut merupakan hal yang alami dan dimiliki oleh semua manusia, termasuk anak-anak hingga orang dewasa.

Apa yang harus dilakukan, apakah dibiarkan saja?

Membiarkan anak takut dengan sesuatu tanpa tahu apa yang ditakutkannya, sama saja Smart Mom dengan memelihara ketakutan itu sendiri. Meskipun itu hal yang normal, rasa takut ini jangan dibiarkan. Bantu anak untuk mengatasi ketakutannya tersebut.

Misalnya, ketika anak takut kodok. Bilang saja, “Oh kakak takut sama kodok ya”. Kalimat ini penting karena Smart Mom mencoba mengonfirmasi apakah anak benar-benar takut atau hanya jijik saja.

Jika memang takut, tanya apa yang dia takutkan. Dikhawatirkan, anak takut karena pengaruh film atau cerita bohong dari temannya. Misal, dia melihat monster kodok di TV, atau temannya bilang ada yang meninggal gara-gara digigit kodok.

Di sini, Smart Mom wajib menjelaskan kenapa dia tidak perlu takut dengan kodok. Jangan lupa, sertakan juga alasan yang konkret, realistis dan mudah dimengerti.

Dengan pendekatan yang lebih baik, nantinya anak tidak akan merasa bersalah dengan rasa takutnya. Di sisi lain, dia pun akan berusaha jujur dengan rasa takutnya, dan bersama-sama Smart Mom, dia akan belajar mengatasi rasa takut tersebut. Bagaimana menurut Smart Mom?


Kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda pada situs web kami, mempersonalisasi konten dan iklan, serta untuk menganalisis lalu lintas kami. Kami juga membagikan informasi tentang penggunaan Anda atas situs web kami dengan mitra periklanan dan analitik kami, yang dapat menggabungkannya dengan informasi lain yang telah Anda berikan kepada mereka atau yang telah mereka kumpulkan dari penggunaan Anda atas layanan mereka. Anda dapat menonaktifkan ini dengan mengubah pengaturan browser Anda, tetapi ini dapat memengaruhi fungsi situs web.

Dengan menggunakan situs web kami dan mengklik Accept, Anda menyetujui penggunaan cookies dan informasi pribadi sebagaimana diatur dalam Kebijakan Cookie kami.

Tolak Cookies Terima Cookies