Bagikan

Alergi Menurun dari Orangtua ke Anaknya, Mitos atau Fakta?

Diupload pada 19 November 2018, 10:01 AM Smart Life
Alergi Menurun dari Orangtua ke Anaknya, Mitos atau Fakta?

Alergi merupakan reaksi berlebih tubuh terhadap zat tertentu yang dianggap berbahaya. Biasanya, alergi muncul dengan gejala seperti ruam atau bintik kemerahan, gatal di kulit, pusing, mual, muntah, hingga sesak nafas.

Apakah benar alergi disebabkan faktor keturunan?

Menurut Prof Dr dr Budi Setiabudiawan, SpA(K), M.Kes., dokter spesialis anak, sekaligus konsultan alergi imunologi anak dari Universitas Padjajaran, menyebut jika alergi disebabkan karena banyak hal, salah satunya disebabkan karena faktor genetik.

Meskipun begitu, alergi yang diderita Smart Mom belum tentu sama dengan alergi yang diderita Si Kecil. Misalnya, jika Smart Mom memiliki alergi terhadap telur, Si Kecil bisa saja toleran terhadap telur, tapi malah alergi terhadap makanan laut.

Hal ini disebabkan karena sistem imun anak akan terus mengembangkan sistem pertahanannya sendiri, termasuk memberikan toleransi terhadap jenis alergen (penyebab alergi), meskipun pada dasarnya sama-sama memiliki alergi terhadap makanan tertentu.

Apakah bisa diobati?

Hingga saat ini memang belum ada obat khusus untuk mengatasi masalah alergi. Tapi jangan khawatir, Smart Mom bisa mencegah alergi dengan cara mencatat dan menghindarkan Si Kecil dari paparan zat-zat pemicu alergi.

Smart Mom pun perlu  mencari makanan alternatif sebagai pengganti dari makanan yang jadi musuh Si Kecil. Misal, jika Si Kecil alergi terhadap susu sapi, maka Smart Mom harus fokus mencari susu kedelai, atau susu nabati lainnya. Hal ini berlaku saat Si Kecil alergi telur dan lainnya.

Yang kedua, Smart Mom bisa menjalankan terapi sublingual immunotherapy (SLIT), atau terapi imun. Menurut dr Deborah Gentle, spesialis alergi dari Allegheny Health Network, terapi ini menjanjikan kesembuhan terhadap alergi hingga 40%.

Cara kerjanya cukup sederhana, Si Kecil sengaja diberi makanan atau hal lainnya yang memicu alergi, tapi dalam dosis yang cukup tinggi. Hal ini dilakukan untuk memaksa sistem kekebalan tubuh mentolelir alergen, atau pemicu alergi.

Untuk terapi SLIT, sebaiknya tidak dilakukan sendiri Smart Mom, tapi harus didampingi oleh dokter ahli. Selain untuk menentukan dosis alergen yang dipaparkan, hal ini pun dilakukan sebagai langkah antisipasi jika ada hal buruk yang tidak terjadi.


Kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda pada situs web kami, mempersonalisasi konten dan iklan, serta untuk menganalisis lalu lintas kami. Kami juga membagikan informasi tentang penggunaan Anda atas situs web kami dengan mitra periklanan dan analitik kami, yang dapat menggabungkannya dengan informasi lain yang telah Anda berikan kepada mereka atau yang telah mereka kumpulkan dari penggunaan Anda atas layanan mereka. Anda dapat menonaktifkan ini dengan mengubah pengaturan browser Anda, tetapi ini dapat memengaruhi fungsi situs web.

Dengan menggunakan situs web kami dan mengklik Accept, Anda menyetujui penggunaan cookies dan informasi pribadi sebagaimana diatur dalam Kebijakan Cookie kami.

Tolak Cookies Terima Cookies