Belajar dari Sekolah Saja Cukup untuk Si Kecil, Setuju Smart Mom?

Pendidikan yang terbaik untuk sang buah hati sudah pasti akan menjadi prioritas semua orang tua. Nah, untuk memenuhi kebutuhan para orangtua ini lah kemudian banyak lembaga pendidikan yang memberikan beberapa pilihan metode pembelajaran yang bisa membantu anak-anak semakin mudah belajar dan juga meningkatkan kecerdasannya. Apa saja metode pembelajaran tersebut? Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Home Schooling

Home schooling belakangan banyak dipilih orang tua untuk pendidikan buah hatinya. Metode ini merupakan metode pendidikan di mana orang tua memilih mendidik anak-anaknya di rumah ketimbang menyekolahkannya di sekolah formal. Para orang tua bisa menentukan sendiri sistem pengajaran yang tepat sesuai kemampuan, minat, serta gaya belajar sang buah hati.

Meskipun orang tua menjadi penanggung jawab utama, pendidikan home schooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua juga bisa mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan lain sebagainya.

2. Montessori

Montessori sudah cukup banyak diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang diperuntukkan untuk anak usia dini. Metode pembelajaran ini membebaskan siswa untuk memilih kegiatan dan memanfaatkan lingkungan yang ada untuk mengembangkan kepribadiannya. Lalu apa tugas guru? Tugasnya sebagai pendamping, menyediakan informasi dan memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh siswa yang memilih metode pembelajaran montessori.

Pendekatan yang dilakukan kepada siswa dalam Montessori sifatnya lebih individu dengan mengembangkan kemampuan berbahasa, menghitung, budaya, sensorik dan kehidupan sehari-hari. Para siswa juga diajarkan hal-hal yang sifatnya praktikal seperti kemandirian, mengenal ragam bentuk, penekanan pada EQ serta menceritakan responnya terhadap suatu peristiwa.

3. Steiner (Waldrof)

Tidak seperti home schooling dan montessori, metode yang satu ini mungkin belum terlalu familiar di Indonesia. Sekolah yang pertama kali menerapkan metode Steiner di Indonesia adalah Arunika Waldorf yang berdiri pada tahun 2019 di kota Bandung. Setelah Arunika Waldorf, Madu Playhouse menjadi pelopor  sekolah Waldorf di Pulau Bali.

Metode pembelajaran ini meyakini bahwa 7 tahun awal usia anak merupakan masa-masa anak dikhususkan untuk mengembangkan kemampuan kognitif. Bermain dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar merupakan pelajaran sehari-hari para siswa yang mengikuti metode pembelajaran Steiner (Waldrof). Dalam rentang usia sampai 7 tahun, siswa tidak akan diberi konten akademis kecuali jika siswa tersebut menunjukkan ketertarikannya.

Pada usia 7-14 tahun siswa akan difokuskan pada pengembangan indra penciuman, perasa dan psikologis. Sedangkan pada usia 14-21 tahun lebih kepada indra bicara, individualitas dan pemikiran. Tujuan dari metode pembelajaran Steiner (Waldrof) ini adalah mengembangkan artistik, kapasitas sosial, pemikiran kritis, empati siswa secara bertahap, tidak bersamaan agar hasilnya lebih optimal.

4. The Harkness

Metode Harkness merupakan perubahan yang signifikan dari penataan ruang kelas tradisional dimana guru berada di depan papan tulis dan siswa berada di deretan meja. Metode ini sudah banyak diterapkan di banyak sekolah di negara kita namun biasanya digunakan sebagai pelengkap metode pembelajaran.

Dalam metode ini, siswa akan duduk dengan teman sekelas dan guru mereka di meja oval dan membahas pelajaran.Pendapat individu dibentuk, diterima, ditolak, dan direvisi di meja tersebut, dimana tanggung jawab utama guru adalah untuk memastikan bahwa tidak ada satu siswa mendominasi diskusi dan untuk menjaga siswa tetap pada lingkupnya.

Sistem belajar seperti ini akan membentuk siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan mendorong mereka untuk mempertanyakan keilmuan yang mereka raih. Bersikap kritis terhadap informasi yang diterima merupakan fokus dari metode pembelajaran siswa yang satu ini.

Itulah beberapa metode pembelajaran anak zaman sekarang. Jika Smart Mom masih bingung metode yang mana yang cocok untuk Si Kecil, tidak ada salahnya jika Smart Mom berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli pendidikan sebelum memutuskannya. Semoga informasinya bermanfaat!

Sampai saat ini pandemi masih belum berakhir dan akibatnya banyak kegiatan, termasuk belajar mengajar masih harus dilakukan rumah. Hal ini membuat tidak sedikit dari orang tua yang merasa kewalahan karena suka tidak suka mereka harus membagi waktu antara mendampingi sang buah hati belajar dengan menyelesaikan tugas rumah tangga atau tugas kantor bagi mereka yang juga bekerja.

Nah, supaya tidak stres saat menemani Si Kecil belajar di rumah, tips berikut ini bisa Smart Mom coba.

Buat Kesepakatan di Awal

Smart Mom bisa mencoba untuk membuat kesepakatan di awal terkait jadwal belajar harian Si Kecil. Smart Mom bisa menanyakan kapan ia mau menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kapan ia bisa bermain, serta kapan ia harus istirahat. Selain itu, ada baiknya juga untuk membuat konsekuensinya jika ia melanggar agar Si Kecil bisa belajar untuk bertanggung jawab atas kesepakatan yang telah dibuat tadi.

Menguasai Materi Pelajaran

Dengan belajar di rumah ini artinya orang tua diharapkan untuk membantu menjelaskan dan menyampaikan materi pembelajaran pada Si Kecil. Tapi ingat, jangan dibawa pusing dulu, ya, Smart Mom. Smart Mom pasti bisa, kok! Kuncinya adalah menguasai hal yang ingin disampaikan. Coba pelajari materinya supaya tidak salah saat mendampingi si kecil belajar. 

Jalin Komunikasi dengan Guru Si Kecil

Tidak hanya dengan Si Kecil, komunikasi antara orang tua dan guru juga sebaiknya terjalin dengan baik. Terlebih jika ada hal-hal yang kurang bisa dipahami oleh Smart Mom. Jangan ragu untuk berkonsultasi dan berkoordinasi terkait materi dan tugas sekolah. Sampaikan juga kendala yang Smart Mom rasakan selama mendampingi Si Kecil belajar di rumah kepada sang guru. Ini penting untuk dilakukan agar Smart Mom segera menemukan solusi dan terhindar dari stres.

Miliki Waktu Istirahat

Perubahan rutinitas yang cukup ekstrim selama pandemi sudah pasti membuat kebanyakan dari kita merasa tertekan dan kewalahan. Kalau Smart Mom merasa tekanan selama proses belajar di rumah ini, tidak ada salahnya untuk istirahat sejenak. Beri jeda beberapa saat supaya pikiran dan hati kembali segar. Jika Smart Mom merasa perlu waktu yang lebih lama, contohnya 1-2 hari untuk beristirahat, tidak masalah. Yang paling penting adalah menyampaikannya pada guru, supaya guru mengerti dan paham situasi yang Smart Mom alami.

Berbincang dengan Orang Terdekat

Sudah melakukan berbagai beberapa hal yang disebutkan di atas, tapi stres dan penat masih tak kunjung hilang? Kalau begitu, cobalah berbincang dengan orang terdekat, seperti pasangan tercinta atau sahabat. Hal ini bisa menjadi wadah untuk menumpahkan unek-unek yang ada, sehingga Smart Mom merasa lebih lega dan terhindar dari stres.

Semoga tipsnya bermanfaat!

Pulang sekolah, tiba-tiba Si Kecil menangis dan merengek tidak mau sekolah atau ingin pindah ke sekolah yang baru. Alasannya, di sekolahnya dia bertemu dengan guru yang galak, gurunya memberi pelajaran yang terlalu sulit, atau keluhan lainnya yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Dalam kondisi ini, tentu Smart Mom bingung. Jika meng-iya-kan apa yang diinginkan Si Kecil, mungkin nantinya dia akan jadi anak manja dan pengadu. Sementara jika dibiarkan, bisa jadi Si Kecil akan merasa tidak di perhatikan, hingga akhirnya dia tidak mau bercerita lagi kepada Smart Mom.

Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua?

Dalam kondisi ini, Gail Bel, pakar parenting dan mantan guru dari Parenting Power, Amerika, menyarankan agar Smart Mom tetap tenang dan tanggapi semua keluhannya.

Misalnya, jika Si Kecil mengeluh gurunya galak, coba tanya apa saja yang dilakukan sang guru kepadanya. Kemudian perhatikan bagian tubuhnya, apakah ada tanda-tanda bekas kekerasan atau tidak. Jika tidak, coba dengarkan lagi alasannya kenapa menyebut sang guru galak.

Hal yang sama berlaku saat Si Kecil mengeluh tentang pelajaran guru tersebut yang dinilai sulit. Periksa pelajarannya, apakah benar sulit bagi standar mereka, ataukah pelajarannya sudah sesuai dengan apa yang harus diterima Si Kecil.

Dalam hal ini, Gail hanya menyarankan agar Smart Mom menanggapi dan mengecek keluhan Si Kecil dengan santai, tanpa terpengaruh dengan situasi emosional Si Kecil yang sedang kurang baik, dan pastikan tidak langsung menyalahkan salah satu pihak, baik Si Kecil ataupun gurunya di sekolah.

Jika menemukan hal-hal yang dianggap kurang beres, seperti bekas kekerasan atau pelajarannya tidak sesuai dengan usia Si Kecil, Smart Mom bisa langsung datang kepada pihak sekolah untuk meminta konfirmasi. Tapi ingat, emosi harus tetap dalam kondisi stabil.

Jika Harus Pindah Sekolah, Maka Pindahkan!

Setelah Smart Mom melakukan pengecekan dan meminta konfirmasi pihak sekolah, tapi yang didapat hanyalah kejanggalan atau metode mengajar mereka yang kurang sesuai. Tidak ada salahnya untuk memindahkan Si Kecil ke sekolah baru yang memiliki konsep belajar lebih baik.

Hal ini sesuai dengan anjuran Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., psikolog anak dan keluarga, yang menyarankan Smart Mom untuk mencari dulu sekolah yang tepat dengan metode pembelajaran terbaik sebelum benar-benar menyekolahkan Si Kecil di sana.

Menurut Anna, bagaimanapun juga anak tidak akan bisa belajar jika kondisi di dalam kelas tidak kondusif, seperti guru yang mengajar dengan penuh emosional, bullying dan lainnya.